Jakarta, CNBC Indonesia – Tren penggunaan pesawat tanpa awal alias drone tampaknya meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan mulai banyaknya orang menggunakan perangkat ini, baik untuk keperluan pribadi hingga komersial lewat video travelling dan menangkap gambar pemandangan.
Hal ini pula yang mencuri perhatian Lucky Reinhart Usmany yang tertarik dengan foto udara. Lucky mencoba bermain drone dengan otodidak dan pengetahuan seadanya sejak tahun 2013.
Menurutnya, kala itu pemain drone untuk untuk video udara atau disebut aerial videografer masih sangat jarang. Meski begitu dia tak mau berhenti, hobinya ini pun diseriuskan dengan mengambil lisensi profesional di APDI (Asosiasi Pilot Drone Indonesia).
“Di zaman dulu, pemain drone untuk foto udara masih sangat jarang. Awalnya belajar otodidak belajar sampai akhirnya punya profesional license. Dan berani terjun ke dunia drone tahun 2015 yang berarti sudah hampir 4 tahunan,” kata Lucky kepada CNBC Indonesia, belum lama ini.
Pria 30 tahun ini menuturkan bahwa pertama kali membeli drone senilai Rp 13 juta dengan fitur yang masih terbatas. Namun kini Lucky telah memiliki 3 armada drone dengan kisaran harga dari Rp 17 hingga Rp 29 juta.
Pria yang berprofesi sebagai videografer di salah satu perusahaan rintisan (start-up) ini mengaku bahwa untuk perawatan drone sebenarnya sangatlah sederhana. Hal terpenting yang harus dijaga adalah kualitas baterai, sensor dan lensa dan biayanya pun tergantung masalahnya biasa Rp 2 juta hingga Rp 4 juta.
Tak tanggung-tanggung, Lucky pun sudah mengoperasikan drone di hampir seluruh Indonesia hingga mancanegara seperti Malaysia dan Singapura. Kehandalan Lucky dalam mengoperasikan drone di udara adalah mengambil gambar yang sinematik dan keindahan dari sisi lainnya.
Hobi yang mendulang rezeki
Bukan hanya mengeluarkan uang semata untuk hobi mahalnya. Keseriusan Lucky dalam membidik video udara juga menghasilkan pundi-pundi rupiah. Saat ini, profesi sebagai pilot drone masih sangat sedikit dan kehadiran jasa foto udara dengan drone banyak dibutuhkan.
Klien nya pun dari berbagai instansi, perusahaan televisi dan brand. Meski bukan menjadi pekerjaan utama, Lucky menyebut hobinya ini bisa dibayar senilai harga 1 drone tersebut bahkan lebih. Ini tergantung jenis drone dan tingkat kesulitan di atas langit.
“Kalau untuk income saya enggak pernah mematok karena ini bukan main job saya. Ini sebatas hobi yang menjanjikan tapi dalam beberapa waktu lalu saya bisa mendapatkan income sebesar harga 1 drone jadi balik modal,” kata Lucky yang pernah bekerja di salah satu stasiun televisi nasional ini.
Dia mengungkapkan bahwa para pilot yang memiliki jam terbang tinggi atau tersertifikasi biasanya dibayar dengan khusus. Skemanya yakni per projek atau per baterai yang digunakan.
Kalau untuk baterai biasanya range-nya Rp 1 juta dalam durasi 30 menit. Kalau per projek Rp 3 juta hingga Rp 8 juta. Namun lagi-lagi itu kembali pada tingkat kesulitan di atas udara.
Untuk sebulan, Lucky bisa menerima klien hingga dua perusahaan, di mana hal ini bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah selain menjadi videografer.
Hobi mahal tapi cuan…asyik.