Jakarta – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) menyiapkan 40 pesawat tanpa awak atau drone untuk peningkatan pengawasan di taman nasional dan kawasan konservasi lainnya.
“Kalau melihat kejadian kebakaran hutan dan lahan yang juga merambat ke kawasan konservasi dan taman nasional. Ke depan pencegahan lebih diutamakan. Tapi pengawasan pada ribuan hingga ratusan ribu hektare tidak mudah, apalagi dengan jumlah pengawas yang terbatas,” kata Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian LHK, Tachrir Fathoni di Jakarta, Minggu (1/11).
“Kita sedang menjalin kerja sama dengan Asosiasi Pilot Drone Indonesia, belajar cara pengoperasiannya. Kalau barangnya sudah ada, tapi tidak ada yang bisa mengoperasikan, ya percuma,” ujarnya.
Ia mengatakan, rencananya, 40 drone baru akan mulai digunakan pada 2016.
Peningkatan pengawasan terhadap kawasan konservasi ke depan, menurutnya, memang dirasakan sangat perlu dilakukan, mengingat Kementerian LHK menargetkan peningkatan populasi 25 spesies satwa terancam punah hingga 2019.
“Kita juga membuat sensor untuk monitoring satwa seperti di Way Kambas,” ujarnya.
Belajar dari kejadian kebakaran hutan dan lahan 2015, di mana ditemukan pula kawasan tanam nasional yang ikut terbakar dan kemudian ditanami karet, ia mengatakan, pemanfaatan drone diyakini semakin memperkuat dan mempercepat pengawasan.
“Kita bisa terbangkan drone dengan cepat menyisir seluruh wilayah tanam nasional dalam beberapa jam, misalnya. Jika ditemukan hal mencurigakan, tim bisa dengan cepat menuju titik yang tepat, tidak perlu menyisir lokasi satu per satu,” ujar dia.
Kementerian LHK juga meningkatkan sarana wisata di kawasan-kawasan konservasi, termasuk di taman nasional. Tujuannya untuk meningkatkan devisa.
Sumber: ANTARA